Sunday, February 7, 2010

Dialog Kemungkaran

Syabab.Com - Konferensi antar agama yang disponsori Arab Saudi telah digelar di Mardid, Spanyol. Untuk kesekian kalinya, negeri kaum Muslim memperbodoh dan menyesatkan diri sendiri dengan mengadakan dialog dengan orang-orang kafir. Seperti biasa, tujuan dari dialog itu untuk mencari kesefahaman atau titik temu di antara agama-agama yang berbeda, khususnya agama samawi. Beberapa kalangan menyebutkan, kejahiliyahan menimpa di kalangan para pemimpin umat Islam dalam kasus ini pemimpin negara Arab sendiri, nampaknya telah makan tuan. 

Sponsor Arab 

Konferensi yang berakhir pada Jumat (18/7) dihadiri oleh 200 peserta dari berbagai latar belakang agama. Tokoh-tokoh yang hadir antara lain Raja Arab Saudi Abdullah bin Abdul Aziz, Sekretaris Jenderal Kongres Yahudi Dunia Michael Schneider dan Kardinal Vatikan Jean-Louis Tauran.

Konferensi antar agama ini digagas oleh Raja Saudi sebagai tindak lanjut pertemuannya dengan Paus Benediktus XVI di Vatikan bulan November 2007 lalu. Isu yang dibahas oleh para peserta diantaranya terkait hubungan antara penganut agama Islam, Kristen dan Yahudi seperti masalah pembatasan jilbab di sejumlah negara-negara Eropa, kasus-kasus pelecehan terhadap Rasulullah Muhammad Saw dan konflik Israel-Palestina. 

Bahaya 

"Konferensi menyerukan organisasi-organisasi internasional mulai bekerja membuat sebuah dokumen yang isinya menegaskan pentingnya saling menghormati setiap agama dan simbol-simbol keagamaan, dan bagi siapa pun yang melanggarnya dianggap telah melakukan tindakan kriminal, " demikian bagian isi komunike bersama para peserta konferensi.

Terlalu banyak bukti yang menunjukkan bahwa betapa Barat mencoba untuk memerangkap umat Islam dengan konsep dialog yang mereka canangkan. "Keindahan" konsep ini telah memukau tidak sedikit dari kalangan pemimpin kaum Muslim. Dari ungkapan-ungkapan Barat dapat disimpulkan dialog antar agama ini bertujuan untuk:
  1. menyeru kesamaan dan kesetaraan antar agama dan perdaban, serta mengakui bahwa tidak ada agama atau peradaban yang lebih baik di atas yang lain.
  2. menerima keberadaan agama atau peradaban lain sebagaimana adanya, serta mengungkap konsep agama dan peradaban lain tanpa memberikan penilaian salah terhadapnya dengan tujuan agar saling memahami dan mengakui pihak lain tanpa batas atau syarat tertentu.
  3. interaksi bagi menciptakan satu peradaban alternatif yang unggul dengan mencari titik temu dan nilai-nilai kemanusiaan yang terkandung di dalam setiap agama atau peradaban.

Jelas sekali bahaya dari dialog antar agama ini seperti yang mereka ungkapkan dalam sebagian dokumen dari Konferensi tersebut. 

Dialog atau Debat? 

Para pemimpin dunia Muslim hingga kini masih tenggelam di dalam kejahiliyahan mereka dengan tetap menganjurkan dialog seperti ini. Mereka tetap dalam kebutaan bahwa seluruh konsep dan seruan di atas sangat bertentangan dengan Islam. Tidak ada satu dalil pun yang membenarkan apalagi memerintahkan dialog antaragama ini.

Konsep dialog antar agama dan peradaban ini adalah konsep yang lahir dari pemikiran kufur, karena hal tersebut merupakan seruan untuk "menyamakan" yang bathil dan yang haq, antara deen yang menyimpang dengan deen yang lurus, antara kekufuran dan keimanan, antara kesesatan (dhalalah) dan petunjuk (hidayah), antara agama yang telah dihapuskan dengan agama yang menghapuskan. Dengan kata lain, dialog antar agama ini merupakan upaya kuffar Barat untuk menyamakan antara agama kufur mereka dengan agama Islam.

Semestinya para pemimpin negeri Muslim itu berdebat untuk menunjukkan mana argumen yang kuat dan benar dan mana argumen yang lemah dan bathil, bukannya dialog yang diarahkan untuk mencampuradukkan yang hak dengan yang bathil. 

Lalai pada Ayat-ayat Allah 

Sungguh para pemimpin umat Islam ini telah lalai dengan begitu banyak firman Allah Swt, 

"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk [yang benar]". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu." (TQS. Al-Baqarah [2]: 120) 

"Mereka (orang-orang kafir) tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup." (TQS. Al-Baqarah [2]: 217) 

"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman." (TQS. Ali Imran [3]: 100) 

"Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang [timbul] dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma'afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (TQS. Al-Baqarah [2]: 109) 

"Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama [dengan mereka]. Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolong [mu], hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun di antara mereka menjadi pelindung, dan jangan [pula] menjadi penolong," (TQS. An-Nisa [4]: 89) 

Itulah di antara peringatan dari Yang Maha Mengetahui kepada kita semua. Masihkah kita percaya bahawa Barat ingin "berdialog" dengan kita apabila Kalamullah sendiri menjelaskan sebaliknya? Masihkah kita ingin menyahut seruan kufur ini di kala Al-Qur'an mengajarkan kepada kita bagaimana kita sepatutnya menghadapi dan memerangi musuh-musuh Allah ini? Firman Allah, 

"Perangilah orang-orang Yang tidak beriman kepada Allah dan tidak beriman kepada hari akhirat, dan mereka pula tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan RasulNya, dan tidak beragama dengan ugama yang benar, Iaitu dari orang-orang yang diberikan Kitab (kaum Yahudi dan Nasrani), sehingga mereka membayar Jizyah dengan keadaan taat dan merendah diri." (TQS aT-Taubah [9]:29).

[tsa/syabab.com]


Temukan jawabannya di Yahoo! Answers!

No comments:

Post a Comment