Dunia
masih mengenangnya. Airmata masih ada yang mengalir ketika mengingat
kebesarannya. Ada
rasa malu kalau membandingkan dengan keadaan kita sekarang. Ada rasa haru kalau melihat kembali
perjuangan-perjuangannya; bagaimana ia dengan penuh kasih-sayang mengusap darah
suaminya seusai perang dan merawatnya penuh perhatian; bagaimana ia mengambil
air sendiri dengan berjalan jauh sampai membekas di dadanya; dan bagaimana ia
menginap di rumah Rasulullah sementara ‘Ali menggantikan tempat tidur Nabi saat
orang kafir Quraisy mengepung. Malam itu, Rasulullah meninggalkan Makkah dan
bersembunyi di gua Tsaur. Sementara orang kafir mengancam nyawanya.
Fathimah
sangat besar perjuangannya. Dia adalah putri dari seorang yang suci. Dia
sendiri suci. Dari rahimnya yang suci, kita pernah mendengar nama Al-Hasan dan
Al-Husain yang ikut bersama kakeknya ketika akan melakukan mubahalah (perang
doa) dengan pendeta Bani Najran. Ia juga melahirkan Zainab yang kelak harus
meninggalkan Mesir. Dari keturunan Zainab inilah kelak Imam Syafi’i mendapat
tempat dan perlindungan. Juga membuka pesantrennya.